Sepenggal cerita di Tahun 2020

Tepat di hari ini 40 hari sudah kami semua kehilangan Akung (Bapak mertua). Banyak cerita yang ditinggalkan dari kepergian Akung. Namun yang paling terkesan dari kepergian beliau adalah bertepatannya dengan adanya pandemi Covid-19 ini.

Tahun ini usia Akung adalah 82 tahun, memang usia yang sudah sangat sepuh. Akung memang memiliki histori sakit jantung, sudah kurang lebih 11 tahun selalu mengkonsumsi obat jantung dan berobat rutin ke dokter. Namun sejak setahun lalu kulit di kedua kakinya seperti melepuh dan luka basah, hal inipun sudah dikonsultasikan ke dokter spesialis jantung yang selama ini merawat beliau. Berdasarkan rujukan dari dokter spesialis jantung, Akung diperiksakanlah ke dokter spesialis cardio vasculer. Hampir satu tahun berobat, luka di kakinya tidak pernah sembuh total, terkadang melepuh kembali dan luka basah, beberapa saat saja mengering. Kondisi seperti itu berlanjut terus, sampai dengan di awal bulan Oktober kulit yang melepuh tidak hanya di sekitar kaki saja, melainkan sampai dengan punggung dan kedua tangannya. Saat itu akupun mulai merasa sangat cemas dengan kondisi beliau yang seperti itu (selain karena enggak tega melihat beliau yang mulai merasa kesakitan). Mau dibawa langsung ke dokter di RS pun sempat ragu, karena kondisi pandemi. Memang beberapa bulan setelah pandemi ini terjadi di Indonesia, Akung sudah mulai mengurangi kunjungannya ke RS. Namun tetap diwakili oleh mas Bayu, ataupun kakak iparku untuk datang berkonsultasi dengan dokter tanpa membawa Akung. Akhirnya solusi ku saat itu adalah berkonsultasi langsung dengan dokter kulit lewat Halodoc. Hasil konsultasi melalui Halodoc, dokter memberikan diagnosa sementara bahwa Akung kemungkinan terkena penyakit Auto imun jenis Pemfgus Vulgaris dan disarankan untuk segera dibawa ke dokter kulit terdekat.

Setelah aku berkonsultasi dengan dokter kulit di Halodoc, akupun segera berdiskusi dengan mas Bayu juga kakak iparku. Akhirnya kami memutuskan segera membawa Akung ke dokter kulit di RS Harapan Bunda dengan harapan segera mendapatkan obat dan penanganan yang tepat. Akhirnya setelah kami membawa Akung untuk bertemu dengan dokter kulit, dokter pun memberikan diagnosa sementara yang sama seperti yang dokter Halodoc sampaikan, yaitu Auto imun jenis Pemfigus Vulgaris. Kenapa disini aku sebutkan diagnosa sementara? Karena untuk bisa memastikan diagnosa yang sesungguhnya jelas tahapannya sangatlah panjang dan lama, karena harus dirujuk ke RSCM dan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan tentunya Akung pun harus dilakukan Rapid test dan test SWAB PCR sampai akhirnya dokter dapat mengambil sample kulit Akung. Akhirnya dokter di RS Harapan Bunda memberikan obat untuk selanjutnya akan dilihat perkembangan selama satu minggu ke depan. Alhamdulillah hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu, kulit punggung dan tangan Akung yang awalnya mengelupas dan seperti luka bakar sudah langsung mengering dan semakin membaik, dan yang terpenting untuk aku saat itu Akung sudah tidak lagi merasa kesakitan yang teramat sangat.

Namun di tanggal 27 Oktober pagi kira-kira jam 6.30, Akung tiba-tiba merasa lemas seluruh badannya dan hampir terjatuh andai saat itu enggak langsung ditopang oleh kakak iparku yang kebetulan lewat di dekat Akung. Kondisi Akung saat itu masih sadar, hanya saja seluruh badannya lemah lunglai (kalo kata mas Bayu, udah kayak selembar kertas). Pagi itu juga mas Bayu langsung ukur tensi nya dan menunjukkan di angka 63/36, sudah sangat rendah memang dan kesadarannya sudah semakin menurun. Akung dibawa ke RS baru di malam hari setelah kami mendapat pinjaman mobil yang cukup besar dari tetangga karena saat itu sudah tidak mungkin lagi Akung untuk bisa posisi duduk di dalam mobil. Malam itu juga masuk IGD, kemudian diinfus berbagai macam obat, salah satunya yang aku tau adalah obat yang dapat menaikkan tensi. Cukup lumayan dapat menaikkan tensi hanya dalam hitungan jam saja, setelah itu Akung dipindahkan ke ruang rawat inap. Namun hanya beberapa jam saja di ruang rawat inap, kondisi nya kembali menurun dan memerlukan peralatan yang lebih lengkap sehingga harus dipindahkan ke IGD kembali. Pada hari kedua itu juga dilakukan rapid test untuk Akung, dengan hasil Non Reaktif. Setelah kondisi kembali stabil, Akung pun dipindahan namun saat ini masuk ke ruang isolasi (aku enggak terlalu paham kenapa harus dipindahkan ke ruangan isolasi, bukan di ruang rawat inap biasa). Inipun berlangsung sama, hanya dalam hitungan beberapa jam saja kondisi Akung kembali menurun dan saat itu langsung akan dipindahkan ke ruang ICU. Tentu saja hal ini menyebabkan kami semua merasa cemas dan bersedih, sungguh keadaan yang sangat tidak mengenakkan dimana setiap saat kita mendengar berita kondisi Akung yang semakin menurun terus. Di hari itu juga dokter menyarankan untuk dilakukan tes SWAB PCR untuk Akung dikarenakan dari hasil rontgen yang sudah dilakukan terlihat ada beberapa titik di bagian paru-paru yang ditakutkan saat itu tentunya terkena virus corona , namun karena masih berupa “saran” dari dokter dengan berbagai pertimbangan akhirnya Mas Bayu dan seluruh keluarga memilih untuk tidak usah dilakukan tes SWAB PCR. Oya, disini perlu aku sampaikan juga. Kalau saat itu dokter sudah menerangkan panjang lebar dan sangat jelas bahwa sehubungan dengan kondisi pandemi saat ini, maka pasien yang dilakukan tes SWAB PCR harus dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dan apabila sebelum dilakukan tes SWAB PCR sebanyak 2(dua) kali dan ternyata pasien tutup usia, maka untuk proses pemakaman akan dilakukan dengan mengikuti protokol Covid dimana pasien tidak boleh dibawa pulang dan pemulasaran jenazah semua dilakukan oleh pihak RS. Terus kenapa kok tes SWAB harus dilakukan sebanyak 2 (dua) kali? Karena menurut penilitian, hasil SWAB PCR itu hanya menunjukkan kebenarannya sebanyak 70 – 80% saja sehingga untuk mendapatkan hasil yang valid tentu saja harus dilakukan sebanyak 2 (dua) kali.

Keesokan hari, keluarga kembali dipanggil oleh dokter dan disampaikan bahwa berdasarkan hasil rontgen yang dilakukan hari itu ternyata kondisi paru-paru Akung sudah semakin berkabut dan pihak keluarga “wajib” untuk mengijinkan Akung dilakukan tes SWAB PCR. Akhirnya tes SWAB PCR dilakukan untuk pertama kalinya di hari Sabtu pagi dan hasil tes keluar di hari Minggu malam dan dinyatakan Negatif dari Virus Corona. Sesuai dengan prosedur yang sudah dijelaskan oleh dokter sebelumnya, maka wajib dilakukan tes SWAB PCR untuk kedua kalinya. Akhirnya dilakukan juga tes SWAB PCR untuk kedua kalinya di hari Senin pagi. Oya, setelah beberapa hari di ICU pun saat itu Akung sudah memerlukan bantuan ventilator untuk pernafasannya karena menurut dokter kondisi saturasi oksigen Akung sudah jauh dibawah normal. Tentu saja selama proses tes SWAB PCR dilakukan, kami semua berdoa dan berharap semoga Akung negatif dari virus corona dan andaikan Akung harus berpulang pun (melihat kondisi Akung saat itu yang terus menurun) semoga Akung diberi kekuatan dan bisa bertahan sampai dengan hasil tes SWAB PCR yang kedua keluar hasilnya. Namun, apalah daya kami sebagai manusia yang hanya bisa berharap dan berdoa tentu Allah SWT lah yang lebih memiliki kuasa akan hidup dan mati seseorang. Tepat di pukul 21.35 WIB hari Senin, tgl 2 November 2020 Akung dinyatakan sudah berpulang oleh dokter di ICU yang bertepatan saat itu Mas Bayu yang bertugas jaga. Mendengar kabar berita itu tentu saja membuat kami sekeluarga merasa sedih yang teramat sangat. Sedih karena Akung harus berpulang sebelum hasil tes SWAB PCR kedua keluar, yang artinya Akung tidak bisa kami bawa pulang, sedih karena kami tidak bisa mengurus jenazah Akung untuk terakhir kalinya. Namun dibalik itu semua pasti sudahlah ada rencana terbaik yang Allah buat untuk kami semua yang ditinggalkan. Terimakasih ya Allah untuk rencana indahmu ini,… Kami sudah ikhlas mengiringi kepergian Akung tercinta, sehingga Akung sudah tidak lagi harus merasakan sakit nya. Hasil tes SWAB PCR yang kedua pun, alhamdulillah tetap menunjukkan hasil negatif. Walaupun ada sedikit kekecewaan karena kami tidak bisa membawa pulang Akung, namun apapun hasilnya aku tetap berbaik sangka dengan apa yang sudah Allah gariskan.

Terakhir aku ucapkan juga terimakasih yang teramat sangat untuk Akung, sudah menjadi bapak mertua yang sangatlah baik luar biasa untuk aku yang enggak pernah bisa memberikan sesuatu yang istimewa untuknya. Semoga Allah SWT memberikan tempat terindah, Sugeng tindak Akung…….